Penemuan (dengan bukti) spektakuler baru-baru ini: Perempuan Indonesia nenek moyang Madagaskar!
Media lokal dan luar sedang terpesona dengan hasil temuan bahwa beberapa perempuan Indonesia menjadi pendiri dari koloni Madagaskar 1.200 tahun yang lalu. Karuan, hal ini menjadi salah satu episode aneh dalam sejarah pengembaraan manusia. Demikian pendapat para peneliti pada Rabu seperti dikutip dari AFP.
Antropolog banyak yang terpesona dengan Madagaskar, karena pulau itu jauh dari sejarah penaklukan manusia di planet ini selama ribuan tahun.
Pulau itu kemudian menjadi tempat tinggal bagi penduduk asli Afrika serta orang Indonesia, yang terletak 8.000 kilometer dari Madagaskar.
Sebuah tim yang dipimpin oleh ahli biologi molekuler Murray Cox dari Massey University, Selandia Baru, meneliti DNA penduduk Madagaskar demi mencari petunjuk atas penjelasan teka-teki imigrasi tersebut.
Mereka mencari ciri-ciri yang diturunkan kromosom melalui garis ibu, dengan contoh DNA yang diambil dari 266 orang yang berasal dari tiga kelompok etnis Malagasi.
Dua puluh dua persen dari DNA itu memiliki variasi dari "motif Polinesia," karakteristik gen yang ditemukan di penduduk Polinesia, tapi sangat jarang ada di bagian barat Indonesia. Di salah satu kelompok entis Malagasi, satu dari dua orang memiliki karakteristik ini.
Jika hasil itu benar, maka sekitar 30 perempuan Indonesia menjadi pendiri dari populasi Malagasi "dengan kontribusi yang lebih kecil, tapi sama pentingnya, dengan yang berasal dari Afrika," ujarnya.
Penelitian itu berfokus kepada DNA mitokondria, yang diturunkan melalui ibu, jadi masih ada kemungkinan ada beberapa pria Indonesia yang tiba bersamaan dengan para wanita pertama itu.
Simulasi komputer menunjukan kalau pemukiman dimulai sekitar 830 AD, saat Indonesia sedang mengembangkan jalur perdagangan di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Secara linguistik, penduduk Madagaskar berbicara dengan dialek yang bila ditelurusi berasal dari Indonesia.
Kebanyakan leksikon, daftar istilah sesuai abjad, berasal dari bahasa Maanyan, bahasa yang digunakan di daerah lembah Sungai Barito di tenggara Kalimantan -- daerah pedalaman yang terpencil -- dengan beberapa tambahan dari bahasa Jawa, Melayu atau Sansekerta.
Bukti lain dari kependudukan Indonesia itu datang dari penemuan perahu cadik, peralatan besi, alat musik seperti gambang dan "kebudayaan makanan-makanan tropis" seperti budidaya nasi, pisang, ubi jalar dan talas yang dibawa dari seberang lautan.
"Madagaskar mulai ditempati sekitar 1.200 tahun lalu, terutama oleh sekelompok kecil perempuan Indonesia, dan kontribusi Indonesia -- seperti bahasa, budaya dan gen -- terus berlanjut mendomniasi Madagaskar sampai saat ini," ujar laporan tersebut.
Bagaimana cara 30 wanita itu menyebrangi Samudra Hindia untuk sampai ke Madagaskar masih menjadi misteri.
Salah satu teori menyebutkan kalau mereka datang dengan kapal pedagang, meski belum ditemukan bukti kalau wanita ikut dalam pelayaran panjang di kapal pedagang Indonesia.
Teori lain menyebutkan kalau Madagaskar dimulai dari koloni pedagang resmi, atau mungkin menjadi pusat pelarian pengungsi yang kehilangan tanah dan kekuatan di masa ekpansi wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.
Tapi hipotesa ketiga -- dan yang paling berani -- menyebutkan kalau para wanita tersebut berada di kapal itu karena melakukan pelayaran antar samudra secara kebetulan. Pemikiran itu didukung oleh simulasi pelayaran menggunakan indikasi arus laut dan pola cuaca musim monsun, ujar tim Cox.
Kejayaan Maritim Nusantara
Sebenarnya sebelum peneliti mencari fakta lewat telisik DNA, sudah banyak tulisan-tulisan yang menunjukkan kedigdayaan pelaut Indonesia.
Misalnya, Robert Dick-Read lewat bukunya “Penjelajah Bahari” menulis mengenai kejayaan pelayar Nusantara di abad sebelum Masehi,yang berdagang dan menangkap budak sampai di Afrika Timur dan Afrika Barat, dan tinggalannya yang nyata adalah bangsa Melayu-Merina sawo matang di Madagaskar, yang mungkin tercecer atau menetap di Pulau tersebut karena berhasil menjadi elit pemerintah di Pulau yang terasing tersebut.
Kemudian buku Anthony Reid, yang menulis buku “Asia Tenggara dalam Kurun Niaga” yang mengungkap mengenai kejayaan Nusantara di “kurun niaga” yakni abad ke 15 M.
Zaman itu, Nusantara adalah penguasa perdagangan antar pulau, sehingga manusia Nusantara kaya raya, bahkan kuli pelabuhan gajinya sangat tinggi. Perbandingannya ialah, bekerja di pelabuhan seminggu sudah cukup untuk hidup sebulan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar